BERTAHUN lamanya primata ini tak terlihat, menyusul pembabatan hutan bakau di sepanjang pesisir Sei Pakning, Kecamatan Bukit Batu, kabupaten Bengkalis.
Pembabatan pohon bakau tersebut, semata-mata untuk memenuhi kebutuhan batang untuk menjadi 'cerocok' kerap disebut kayu untuk pondasi bangunan rumah atau toko, serta pembuatan arang kayu.
Dalam beberapa tahun terakhir, kehadiran Simpai Hitam yang termasuk hewan yang dilindungi atau termasuk Apendix II, mengisyaratkan jika hutan mangrove di Pangkalan Jambi ini telah sanggup menyediakan makanan bagi mereka.
Tentunya kabar gembira ini membuat, masyarakat Pangkalan Jambi yang dulunya tergusur dari tanah kelahirannya, akibat habisnya hutan bakau. smakin optimis jka perjuangan mereka merawat mangrove ini terus menunjukkan progras yang positif.
Hutan mangrove di kawasan ini sempat rusak, hingga abrasi menghantam dan warga pun harus pindah. Namun saat ini, kawasan kembali menjelma menjadi hutan sebagai pelindung dari hantaman ombak, sekaligus menjadi sumber ekonomi bagi warga setempat.
Selain Simpai Hitam, di Kawasan Mangrove Pangkalan Jambi juga menjadi rumah bagi Jipasan belang yang dilindungi, karena masyarakat sempat menemukannya di sini, disamping tempat hidup dua jenis mamalia.
Menurut Alpan, tokoh masyarakat Pangkalan Jambi, terdapat 25 jenis burung dari 14 famili, dan burung Layang-layang batu tercatat menjadi burung yang paling dominan, serta cinenen belukar.
“Mungkin karena ekosistem makin membaik. Jangankan flora, fauna juga nambah. Sekarang muncul simpai hitam. Sebelumnya gak pernah kelihatan. Berang-berang muncul, apalagi monyet,” kata Agustiawan, Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Kilang Dumai.
Tak Mudah
Kepada RiauBerjaya.Com Alpan yang juga penggerak konservasi hutan mangrove ini mengatakan, jika dirinya dan sejumlah warga masyarakat yang peduli harus jatuh bangun untuk mengembalikan tanaman mangrove di kawasan ini
"Tak mudah mengembalikan pohon bakau dan api-api dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki. Tanam 1.000 paling hanya tumbuh 100 pohon," kenangnya Ketika memulai perjuangannya pada tahun 2004.
Bermula pada 2004, kelompok Nelayan Harapan Bersama merehabilitasi pohon mangrove yang ditebang secara liar. Tiap pulang melaut atau saat libur cari ikan, mereka gotong royong tanam pohon ala kadarnya, karena belum mengenal teknik penanaman yang baik.
Kerusakan mangrove kala itu memperparah abrasi di pesisir desa. Daratan kian terkikis mencapai 1oo meter lebih. Masyarakat nelayan berangsur-angsur pindah mencari pemukiman baru yang jauh dari hantaman gelombang laut.
Jadi, hutan mangrove kini tumbuh kembali, dulu bekas pemukiman nelayan. Masih ada beberapa peninggalan gubuk kayu masyarakat di tepi suak, tempat tambatan sampan nelayan.
“Kawasan ini sempat gundul. Jalan depan kita ini, jalur asal Pangkalan Jambi. Sudah tiga turunan,” cerita Alpan.
Bagi Alpan, tak mudah mengembalikan pohon bakau dan api-api dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki. Tanam 1.000 paling hanya tumbuh 100 pohon. Belum lagi menghadapi penebangan liar oleh masyarakat sekitar maupun dari luar.
Atensi Kilang Pertamina
Pada 2017, kegigihan Alpan dan nelayan Pangkalan Jambi terbantu dengan pendampingan PT Pertamina RU II Sungai Pakning. Lewat program tanggung jawab sosial, perusahaan datangkan akademisi dari Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro untuk kajian.
Intinya, nelayan diarahkan membangun penahan ombak agar tingkat keberhasilan penanaman mangrove lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Ia terbuat dari belahan kayu nibung yang ditancapkan ke dalam lumpur, dengan menyisakan ketinggian dua meter di atas permukaan. Bentuk segi tiga dan membenteng daratan sepanjang 150 meter yang ditambahi dengan jaring.
Model hybrid engineering itu bukan yang pertama. Awalnya, cuma bentuk pagar kayu. Karena kurang kuat, diganti dengan nibung campur ranting pohon. Bentuknya juga menyerupai pagar tetapi tak tahan lama. Sampai akhirnya beralih seperti model saat ini dan bertahan sudah lebih dua tahun.
Metode itu cukup berhasil menahan lumpur, dari situ barulah ditanam api-api dan bakau. Tiap tahun ada pengawasan dan evalusai untuk lihat perkembangan tanaman. Kalau dilihat dari awal tanam sampai tumbuh, keberhasilan mungkin di atas 80%.
Setelah pemulihan mangrove menampakkan hasil, kini Kelompok Nelayan Harapan Bersama mulai memperkuat pengawasan. Tiap-tiap kuala sungai dan pinggir pantai dipasang papan informasi larangan penebangan pohon.
Menurut Alpan, masyarakat Pangkalan Jambi kini sudah melek hukum. Mereka tak susah payah lagi menyosialisasikan ancaman pidana yang akan menyandung penebang liar. Bahkan, terbantu karena masyarakat turut menegur orang-orang luar yang ingin merusak mangrove di desa mereka.
“Dulu, masyarakat di sini yang menebang. Sekarang mereka yang melarang. Ada kesepakatan berkat kita beri pengarahan tentang kegunaan mangrove. Pelan-pelan masuknya. Alhamdulillah mengerti dan sadar lingkungan,” kata Alpan.
Sumber Ekonomi
Setelah hutan mangrove memang telah kembali rimbun, selain mejadi obyek wisata. Saat ini usaha lain pun terbentuk, antara lain, pengolahan makanan dari hasil laut. Sumber-sumber ekonomi masyarakat pun bertumbuh.
Ujung Jalan Nelayan, Desa Pangkalan Jambi, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis, Riau, kini hijau dengan hutan mangrove rapat. Ada jembatan kayu yang bisa membawa pengunjung meliuk-liuk di tengah lebatnya hutan bakau dan api-api.
Di beberapa lokasi ada saung-saung kecil. Ada menara yang bisa dipanjat untuk melihat sebaran pohon penahan abrasi itu. Luas sekitar 18,9 hektar. Ini satu-satunya wisata alam di Pangkalan Jambi dengan nama Mangrove Education Center (MEC). Khusus wisata ini seluas tiga hektar.
Alpan, nelayan juga tokoh masyarakat yang giat merehabilitasi mangrove, sempat khawatir dengan membludaknya penikmat wisata hutan dengan nama latin rhizophora ini karena fasilitas belum sempat dirawat.
“Was-was juga. Alhamdulillah aman. Pemerintah desa juga sudah mulai perhatikan kegiatan ini. Mereka juga mau buat wahana permainan yang ramah bagi anak-anak,” katanya belum lama ini.
Hutan mangrove itu terhampar dari perbatasan Desa Lubuk Muda sampai Desa Dompas. Dalam laporan Tim HSSE Pertamina RU II Sungai Pakning 2020, terdapat 22 jenis mangrove di Pangkalan Jambi. Semula cuma tujuh.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 106/2018, jenis mangrove memang tidak dilindungi tetapi rata-rata dalam status berisiko rendah dan tidak terevaluasi menurut daftar IUCN dan CITES.
Yuki Chandra
Kawal Kemenangan Afni-Syamsurizal, Ketum Nasdem Surya Paloh Turunkan Tim Khusus ke Siak Minggu, 1 Desember 2024 | 09:27:57 WIB |
Kembalinya Simpai Hitam di Kawasan Mangrove Pangkalan Jambi Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:44:17 WIB |
Wujudkan Syukur dengan Salurkan Santunan Rp 110 Juta untuk Anak Yatim Kamis, 26 September 2024 | 09:31:46 WIB |
Paslon SUWAI Siap Mendaftar ke KPU Provinsi Riau Senin, 26 Agustus 2024 | 06:09:21 WIB |
Tokoh Masyarakat Sorek Kembali Bertekat Menangkan Syamsuar Sabtu, 24 Agustus 2024 | 17:00:25 WIB |
Bakal Ketat, Kekuatan Merata Usai Undian Pembagian Grup Sabtu, 24 Agustus 2024 | 13:24:20 WIB |
Ratusan Atlet Ikuti Syamsuar Cup Traditional Archery Competition Sabtu, 24 Agustus 2024 | 11:34:40 WIB |
Ini yang Dibahas Pjs GM PT KPI Dalam Aksi Lokal untuk Dampak Global Kamis, 22 Agustus 2024 | 06:49:00 WIB |
PT KPI Kilang Dumai Berhasil Kumpulkan 350 Kantong Darah Rabu, 21 Agustus 2024 | 06:25:00 WIB |
PT KPI Kilang Dumai Dukung Tingkatkan Daya Saing UMKM Selasa, 20 Agustus 2024 | 10:48:11 WIB |
Ribuan Masyarakat Tumpah Ruah Jalan Santai Bersama Sekdaprov SF Hariyanto Minggu, 18 Agustus 2024 | 17:08:34 WIB |
9.912 Narapidana di Riau Dapat Remisi, 134 Dinyatakan Bebas Sabtu, 17 Agustus 2024 | 15:40:44 WIB |
Pj Gubernur Riau Harap Jadi Pembangkit Semangat Kebangsaan Sabtu, 17 Agustus 2024 | 15:37:44 WIB |
Meriahkan HUT Ke 79 Kemerdekaan RI, Diskominfotik Riau Gelar Lomba Dekorasi Ruangan Sabtu, 17 Agustus 2024 | 14:39:12 WIB |
Kembangkan Wisata di Pekanbaru, PT Pertamina Patra Niaga FT Sei Siak Gelar FGD Integrasi Wisata Selasa, 20 Agustus 2024 | 10:31:14 WIB |
SMA Swasta Cendana Raih Juara Setelah Kalahkan SMA Santo Tarcius Minggu, 18 Agustus 2024 | 20:52:23 WIB |
Ribuan Masyarakat Tumpah Ruah Jalan Santai Bersama Sekdaprov SF Hariyanto Minggu, 18 Agustus 2024 | 17:08:34 WIB |
9.912 Narapidana di Riau Dapat Remisi, 134 Dinyatakan Bebas Sabtu, 17 Agustus 2024 | 15:40:44 WIB |
Pj Gubernur Riau Harap Jadi Pembangkit Semangat Kebangsaan Sabtu, 17 Agustus 2024 | 15:37:44 WIB |
Ini Amanat Direktur SDM & Penunjang Bisnis PT KPI Pada Perwira Sabtu, 17 Agustus 2024 | 14:57:11 WIB |
Meriahkan HUT Ke 79 Kemerdekaan RI, Diskominfotik Riau Gelar Lomba Dekorasi Ruangan Sabtu, 17 Agustus 2024 | 14:39:12 WIB |
Diawali Pengibaran Bendera, Peringatan Proklamasi Kemerdekaan di Terminal BRPS Berjalan Khidmat Sabtu, 17 Agustus 2024 | 07:22:01 WIB |
Santuni Anak Yatim Salah Satu Prioritas CSR PT KPI Kilang Dumai Jumat, 16 Agustus 2024 | 16:57:30 WIB |
Tiba di Pekanbaru, Pj Gubri Rahman Hadi Langsung Shalat Jumat di Masjid An-Nur Jumat, 16 Agustus 2024 | 11:56:48 WIB |
Kawal Kemenangan Afni-Syamsurizal, Ketum Nasdem Surya Paloh Turunkan Tim Khusus ke Siak Minggu, 1 Desember 2024 | 09:27:57 WIB |
Paslon SUWAI Siap Mendaftar ke KPU Provinsi Riau Senin, 26 Agustus 2024 | 06:09:21 WIB |
Tokoh Masyarakat Sorek Kembali Bertekat Menangkan Syamsuar Sabtu, 24 Agustus 2024 | 17:00:25 WIB |
Akhirnya, PDIP Jatuhkan Pilihan Pada Abdul Wahid - SF Haryanto Kamis, 8 Agustus 2024 | 16:36:44 WIB |
Ini yang Dibahas Pjs GM PT KPI Dalam Aksi Lokal untuk Dampak Global Kamis, 22 Agustus 2024 | 06:49:00 WIB |
PT KPI Kilang Dumai Berhasil Kumpulkan 350 Kantong Darah Rabu, 21 Agustus 2024 | 06:25:00 WIB |
PT KPI Kilang Dumai Dukung Tingkatkan Daya Saing UMKM Selasa, 20 Agustus 2024 | 10:48:11 WIB |
Kembangkan Wisata di Pekanbaru, PT Pertamina Patra Niaga FT Sei Siak Gelar FGD Integrasi Wisata Selasa, 20 Agustus 2024 | 10:31:14 WIB |
Hari ini Sidang Perdana Praperadilan Eddy Hiariej Melawan KPK Digelar, Namun KPK Dipastikan Absen Senin, 11 Desember 2023 | 11:03:46 WIB |
Lima Perwira Polisi Yang Turut Terjerat di Kasus Ferdy Sambo Kembali Ditugaskan Kapolri, Berikut Daftarnya Senin, 11 Desember 2023 | 09:46:07 WIB |
Polri Akui 'Kebanjiran' Laporan Aduan Fitnah Jelang Pemilu 2024 Jumat, 8 Desember 2023 | 17:33:00 WIB |
Kapolri Lakukan Mutasi Besar-besaran Mulai Dari Jabatan Kapolda Hingga Promosi 4 Polwan Jumat, 8 Desember 2023 | 10:44:07 WIB |
Kembalinya Simpai Hitam di Kawasan Mangrove Pangkalan Jambi Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:44:17 WIB |
Rahman Hadi Resmi Dilantik Jadi Pj Gubernur Riau Oleh Mendagri Kamis, 15 Agustus 2024 | 11:38:57 WIB |
Menjadi Calon Paskibraka Terpilih Tingkat Pusat, Juara Tilawah MTQ TNI AU Ini Sujud Syukur Rabu, 26 Juni 2024 | 20:55:26 WIB |
Terancam Merugi Pengusaha Ekspedisi Sembako Berharap Tambahan Kapal Roro Senin, 24 Juni 2024 | 13:49:25 WIB |
16.000 Warga Palestina Jadi Korban, WHO Tegaskan Kondisi di Gaza Semakin Memburuk Setiap Jamnya Rabu, 6 Desember 2023 | 10:26:13 WIB |
Tolak Hamas Berkuasa di Gaza, Wakil Presiden Amerika Kritisi Banyaknya Warga Palestina Yang Tewas Senin, 4 Desember 2023 | 09:44:39 WIB |
Israel dan Hamas Perpanjang Gencatan Senjata Kamis, 30 November 2023 | 13:41:36 WIB |
Desak PBB, UNICEF Tegaskan Jalur Gaza Adalah Tempat Paling Berbahaya di Dunia Bagi Anak-anak Jumat, 24 November 2023 | 10:25:11 WIB |
Bakal Ketat, Kekuatan Merata Usai Undian Pembagian Grup Sabtu, 24 Agustus 2024 | 13:24:20 WIB |
Ratusan Atlet Ikuti Syamsuar Cup Traditional Archery Competition Sabtu, 24 Agustus 2024 | 11:34:40 WIB |
SMA Swasta Cendana Raih Juara Setelah Kalahkan SMA Santo Tarcius Minggu, 18 Agustus 2024 | 20:52:23 WIB |
Dukung Pesepakbola Amputasi, Nasdem Sponsori Dua Anak Riau Ikuti Seleksi Timnas Senin, 12 Agustus 2024 | 14:16:40 WIB |
BERTAHUN lamanya primata ini tak terlihat, menyusul pembabatan hutan bakau di sepanjang pesisir Sei Pakning, Kecamatan Bukit Batu, kabupaten Bengkalis.
Pembabatan pohon bakau tersebut, semata-mata untuk memenuhi kebutuhan batang untuk menjadi 'cerocok' kerap disebut kayu untuk pondasi bangunan rumah atau toko, serta pembuatan arang kayu.
Dalam beberapa tahun terakhir, kehadiran Simpai Hitam yang termasuk hewan yang dilindungi atau termasuk Apendix II, mengisyaratkan jika hutan mangrove di Pangkalan Jambi ini telah sanggup menyediakan makanan bagi mereka.
Tentunya kabar gembira ini membuat, masyarakat Pangkalan Jambi yang dulunya tergusur dari tanah kelahirannya, akibat habisnya hutan bakau. smakin optimis jka perjuangan mereka merawat mangrove ini terus menunjukkan progras yang positif.
Hutan mangrove di kawasan ini sempat rusak, hingga abrasi menghantam dan warga pun harus pindah. Namun saat ini, kawasan kembali menjelma menjadi hutan sebagai pelindung dari hantaman ombak, sekaligus menjadi sumber ekonomi bagi warga setempat.
Selain Simpai Hitam, di Kawasan Mangrove Pangkalan Jambi juga menjadi rumah bagi Jipasan belang yang dilindungi, karena masyarakat sempat menemukannya di sini, disamping tempat hidup dua jenis mamalia.
Menurut Alpan, tokoh masyarakat Pangkalan Jambi, terdapat 25 jenis burung dari 14 famili, dan burung Layang-layang batu tercatat menjadi burung yang paling dominan, serta cinenen belukar.
“Mungkin karena ekosistem makin membaik. Jangankan flora, fauna juga nambah. Sekarang muncul simpai hitam. Sebelumnya gak pernah kelihatan. Berang-berang muncul, apalagi monyet,” kata Agustiawan, Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Kilang Dumai.
Tak Mudah
Kepada RiauBerjaya.Com Alpan yang juga penggerak konservasi hutan mangrove ini mengatakan, jika dirinya dan sejumlah warga masyarakat yang peduli harus jatuh bangun untuk mengembalikan tanaman mangrove di kawasan ini
"Tak mudah mengembalikan pohon bakau dan api-api dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki. Tanam 1.000 paling hanya tumbuh 100 pohon," kenangnya Ketika memulai perjuangannya pada tahun 2004.
Bermula pada 2004, kelompok Nelayan Harapan Bersama merehabilitasi pohon mangrove yang ditebang secara liar. Tiap pulang melaut atau saat libur cari ikan, mereka gotong royong tanam pohon ala kadarnya, karena belum mengenal teknik penanaman yang baik.
Kerusakan mangrove kala itu memperparah abrasi di pesisir desa. Daratan kian terkikis mencapai 1oo meter lebih. Masyarakat nelayan berangsur-angsur pindah mencari pemukiman baru yang jauh dari hantaman gelombang laut.
Jadi, hutan mangrove kini tumbuh kembali, dulu bekas pemukiman nelayan. Masih ada beberapa peninggalan gubuk kayu masyarakat di tepi suak, tempat tambatan sampan nelayan.
“Kawasan ini sempat gundul. Jalan depan kita ini, jalur asal Pangkalan Jambi. Sudah tiga turunan,” cerita Alpan.
Bagi Alpan, tak mudah mengembalikan pohon bakau dan api-api dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki. Tanam 1.000 paling hanya tumbuh 100 pohon. Belum lagi menghadapi penebangan liar oleh masyarakat sekitar maupun dari luar.
Atensi Kilang Pertamina
Pada 2017, kegigihan Alpan dan nelayan Pangkalan Jambi terbantu dengan pendampingan PT Pertamina RU II Sungai Pakning. Lewat program tanggung jawab sosial, perusahaan datangkan akademisi dari Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro untuk kajian.
Intinya, nelayan diarahkan membangun penahan ombak agar tingkat keberhasilan penanaman mangrove lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Ia terbuat dari belahan kayu nibung yang ditancapkan ke dalam lumpur, dengan menyisakan ketinggian dua meter di atas permukaan. Bentuk segi tiga dan membenteng daratan sepanjang 150 meter yang ditambahi dengan jaring.
Model hybrid engineering itu bukan yang pertama. Awalnya, cuma bentuk pagar kayu. Karena kurang kuat, diganti dengan nibung campur ranting pohon. Bentuknya juga menyerupai pagar tetapi tak tahan lama. Sampai akhirnya beralih seperti model saat ini dan bertahan sudah lebih dua tahun.
Metode itu cukup berhasil menahan lumpur, dari situ barulah ditanam api-api dan bakau. Tiap tahun ada pengawasan dan evalusai untuk lihat perkembangan tanaman. Kalau dilihat dari awal tanam sampai tumbuh, keberhasilan mungkin di atas 80%.
Setelah pemulihan mangrove menampakkan hasil, kini Kelompok Nelayan Harapan Bersama mulai memperkuat pengawasan. Tiap-tiap kuala sungai dan pinggir pantai dipasang papan informasi larangan penebangan pohon.
Menurut Alpan, masyarakat Pangkalan Jambi kini sudah melek hukum. Mereka tak susah payah lagi menyosialisasikan ancaman pidana yang akan menyandung penebang liar. Bahkan, terbantu karena masyarakat turut menegur orang-orang luar yang ingin merusak mangrove di desa mereka.
“Dulu, masyarakat di sini yang menebang. Sekarang mereka yang melarang. Ada kesepakatan berkat kita beri pengarahan tentang kegunaan mangrove. Pelan-pelan masuknya. Alhamdulillah mengerti dan sadar lingkungan,” kata Alpan.
Sumber Ekonomi
Setelah hutan mangrove memang telah kembali rimbun, selain mejadi obyek wisata. Saat ini usaha lain pun terbentuk, antara lain, pengolahan makanan dari hasil laut. Sumber-sumber ekonomi masyarakat pun bertumbuh.
Ujung Jalan Nelayan, Desa Pangkalan Jambi, Kecamatan Bukit Batu, Bengkalis, Riau, kini hijau dengan hutan mangrove rapat. Ada jembatan kayu yang bisa membawa pengunjung meliuk-liuk di tengah lebatnya hutan bakau dan api-api.
Di beberapa lokasi ada saung-saung kecil. Ada menara yang bisa dipanjat untuk melihat sebaran pohon penahan abrasi itu. Luas sekitar 18,9 hektar. Ini satu-satunya wisata alam di Pangkalan Jambi dengan nama Mangrove Education Center (MEC). Khusus wisata ini seluas tiga hektar.
Alpan, nelayan juga tokoh masyarakat yang giat merehabilitasi mangrove, sempat khawatir dengan membludaknya penikmat wisata hutan dengan nama latin rhizophora ini karena fasilitas belum sempat dirawat.
“Was-was juga. Alhamdulillah aman. Pemerintah desa juga sudah mulai perhatikan kegiatan ini. Mereka juga mau buat wahana permainan yang ramah bagi anak-anak,” katanya belum lama ini.
Hutan mangrove itu terhampar dari perbatasan Desa Lubuk Muda sampai Desa Dompas. Dalam laporan Tim HSSE Pertamina RU II Sungai Pakning 2020, terdapat 22 jenis mangrove di Pangkalan Jambi. Semula cuma tujuh.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 106/2018, jenis mangrove memang tidak dilindungi tetapi rata-rata dalam status berisiko rendah dan tidak terevaluasi menurut daftar IUCN dan CITES.
Yuki Chandra
Bertahun lamanya primata ini tak terlihat, akibat perambahan hutan bakau di sepanjang pesisir.
Pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubernur Riau, Syamsuar-Mawardi M. Saleh siap.
Rumah Haji Muhammad yang berada di Kecamatan Pangkalan Kuras, Kelurahan Sorek, Pelalawan,.
Korban Mafia Tanah di Riau Jahit Mulut, DPR Desak Jokowi Segera Tuntaskan Masalah Mereka | Jelang Natal dan Tahun Baru, DPR Minta Pemerintah Jaga Lonjakan Harga Beras dan Kebutuhan Pokok Lainnya |