Jakarta, (Supernews)- Anggota DPR RI daerah pemilihan (Dapil) Riau, Effendy Sianipar mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera menyelesaikan masalah masyarakat suku sakai di Provinsi Riau yang menjadi korban mafia tanah.
Dimana akibat tak kunjung menemukan penyelesaian yang semestinya, sejak Selasa 28 November 2023 kemarin masyarakat tersebut telah melakukan aksi jahit mulut di kantor Gubernur Riau.
"Masalah ini sudah terlalu lama, masyarakat kecewa karena pemerintah Jokowi tidak kunjung menuntaskan masalah mereka. Karena itu sejak kemarin mereka melakukan aksi unjuk rasa jahit mulut, jangan ditunggu-tunggu lagi tolong Presiden segera selesaikan," ujar Effendy Sianipar kepada wartawan di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Politisi PDI-Perjuangan itu lantas meminta Presiden Jokowi segera mungkin memanggil Mentri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Hadi Tjahjanto dan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sitinurbaya Bakar, guna meminta pertanggungjawaban mereka terkait upayah yang sudah dilakukan dalam penyelesian konflik mafia tanah itu.
"Saya berharap Presiden segera panggil itu Mentri ATR/BPN dan KLHK. Karena masyarakat suku sakai sudah bolak balik melaporkan masalah ini kepada mereka. Tapi sampai sekarang tidak ada penyelesaiannya. Presiden harus ambil alih masalah ini dan segera kembalikan tanah masyarakat yang sudah dua puluh tujuh tahun dikuasi oleh mafia tanah," tegasnya.
Selain itu Effendy Sianipar juga mewanti-wanti pemerintah, agar serius menyelesaikan masalah tersebut. Pasalnya dia menilai tingkat kekecewaan masyarakat suku sakai terhadap penyelesaian masalah tanah mereka yang dikuasai mafia tanah ini, sudah semakin memuncak.
Sehingga jika tak kunjung mendapatkan penyelesaian, dirinya khawatir akan terjadi tindakan nekat dari masyarakat yang gelap mata.
"Jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut, segala kemungkinan dapat terjadi. Kemarin mereka orasi, sekarang jahit mulut dan kedepan kita tidak tau lagi," terangnya.
Sebagaimana diberitakan sejumlah media, sejak Selasa 28 November 2023 puluhan relawan melakukan aksi jahit mulut di gerbang samping Kantor Gubernur Riau (Gubri), dan aksi tersebut masih berlanjut hibgga hari ini. Sedikitnya ada 30 warga yang tergabung dalam aksi jahit mulut itu.
Aksi tersebut terkait persoalan sengketa lahan 2.500 hektare di Desa Kota Garo Tapung Hilir, Kampar, Riau yang tak kunjung tuntas. Para relawan ini melakukan aksi jahit mulut sambil membentangkan spanduk "Kami hanya menunggu kebijakan Presiden RI Joko Widodo".
Koordinator Aksi Antoni Fitra mengatakan, aksi jahit mulut ini terkait masalah 2.500 hektar lahan pertanian milik masyarakat suku sakai di Desa Kota Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Yang sejak 27 tahun terakhir dikuasi dan diusahai oleh para mafia tanah sebagai perkebunan kelapa sawit.
Parahnya lagi sejak perkebunan kelapa sawit 2.500 hektar itu berdiri, hingga sekarang kepemilikannya masih mengatasnamakan kelompok tani masyarakat suku sakai.
"Dua ribu lima ratus hektar lahan pertanian milik masyarakat suku sakai, sudah dua puluh tujuh tahun dikuasai mafia tanah. Para mafia itu mendirikan kebun sawit di atasnya dengan mengatas namakan kelompok tani masyarakat suku sakai. Tetapi faktanya masyarakat suku sakai sebagai pemiliknya tidak mendapatkan apa-apa dari perkebunan itu, melainkan mereka kehilangan lahan pertanian," ujar aktivis GerLamata itu.
Adapun tuntutan masa aksi jahit mulut di antarnya meminta Gubernur menyurati Presiden RI untuk menurunkan perintah tugas kepada Satuan Tugas Tindak Pidana Pertanahan, menangkap dan mengadili mafia tanah di areal 2.500 hektare di Desa Kota Garo Kampar Provinsi Riau. Serta mengembalikan kepemilikan tanah kepada masyarakat suku sakai.***
Resmi Dibuka, PT KPI Kilang Dumai Siap Laksanakan Peringatan Bulan K3 Tahun 2025 Senin, 13 Januari 2025 | 16:00:02 WIB |
Warga Agar Waspada, Waduk Koto Panjang Buka Pintu Air Hingga 50 Centi Senin, 13 Januari 2025 | 14:47:32 WIB |
Inovasi Perwira Kilang Dumai Berikan Margin Value Creation Rp 4 Triliun Jumat, 10 Januari 2025 | 18:14:03 WIB |
Solar Penyumbang Angka Produksi Terbesar, Produk SF-05 Diluncurkan Rabu, 8 Januari 2025 | 22:00:30 WIB |
PHPU Bupati Lingga Dianggap Gugur di MK, Ini Penyebabnya! Rabu, 8 Januari 2025 | 20:19:23 WIB |
Soroti Penyalahgunaan APBD Riau, PH Minta MK Batalkan Putusan Putusan KPU Pekanbaru Rabu, 8 Januari 2025 | 19:44:14 WIB |
Selama Nataru Traffic Cargo Alami Kenaikan 54 Persen Selasa, 7 Januari 2025 | 17:03:34 WIB |
PT KPI Kilang Dumai Gulirkan Program Penghidupan Berkelanjutan Senin, 6 Januari 2025 | 19:42:11 WIB |
Nikmati Sensasi Kopi, Sembari Ngobrol Reformasi Agraria di OZ Coffee Senin, 6 Januari 2025 | 18:01:05 WIB |
Suplier Woodchip Diduga Tak Kantongi Izin Industri dari Kementerian Kehutanan Senin, 6 Januari 2025 | 13:40:24 WIB |
Warga Agar Waspada, Waduk Koto Panjang Buka Pintu Air Hingga 50 Centi Senin, 13 Januari 2025 | 14:47:32 WIB |
Nikmati Sensasi Kopi, Sembari Ngobrol Reformasi Agraria di OZ Coffee Senin, 6 Januari 2025 | 18:01:05 WIB |
Ribuan Masyarakat Tumpah Ruah Jalan Santai Bersama Sekdaprov SF Hariyanto Minggu, 18 Agustus 2024 | 17:08:34 WIB |
9.912 Narapidana di Riau Dapat Remisi, 134 Dinyatakan Bebas Sabtu, 17 Agustus 2024 | 15:40:44 WIB |
Perlengkapan Dapur Belum Datang, Program Makan Siang Gratis di Pekanbaru Diundur Senin, 6 Januari 2025 | 11:29:33 WIB |
Riau Berduka! Peraih Emas Ski Air PON Aceh Sumut Meninggal Dunia Senin, 6 Januari 2025 | 09:09:07 WIB |
Plant Patrol dan Sapa Pekerja, Ala Satgas Nataru PT KPI Kilang Dumai Rabu, 1 Januari 2025 | 18:41:31 WIB |
Jelang Tutup Tahun PT KPI Kilang Dumai Tetap Peduli Pendidikan Kesetaraan Rabu, 1 Januari 2025 | 08:24:21 WIB |
Ternyata Ini Dia Alasan Wamen ESDM Kunjungi Kilang Dumai Sabtu, 28 Desember 2024 | 14:57:44 WIB |
Tinjau Langsung SPBU Arifin Ahmad, Ini Kata Wamen ESDM Yuliot Tanjung Sabtu, 28 Desember 2024 | 11:23:28 WIB |
Pertamina Synergy Run 2024 KPI Dumai Diikuti Ribuan Pelari Selasa, 24 Desember 2024 | 20:19:15 WIB |
Khitanan Massal Gratis, PT KPI Kilang Dumai Syukuran 67 Tahun PERTAMINA Sabtu, 21 Desember 2024 | 19:56:48 WIB |
Hadapi Nataru PT KPI Kilang Dumai Perketat Keamanan Kilang Kamis, 19 Desember 2024 | 17:25:43 WIB |
Antrean Kendaraan Sudah Ada Sebelum SPBU Dibuka, Kendaraan Mewah Ikut Ngantri Rabu, 18 Desember 2024 | 12:32:46 WIB |
Kawal Kemenangan Afni-Syamsurizal, Ketum Nasdem Surya Paloh Turunkan Tim Khusus ke Siak Minggu, 1 Desember 2024 | 09:27:57 WIB |
Paslon SUWAI Siap Mendaftar ke KPU Provinsi Riau Senin, 26 Agustus 2024 | 06:09:21 WIB |
Tokoh Masyarakat Sorek Kembali Bertekat Menangkan Syamsuar Sabtu, 24 Agustus 2024 | 17:00:25 WIB |
Akhirnya, PDIP Jatuhkan Pilihan Pada Abdul Wahid - SF Haryanto Kamis, 8 Agustus 2024 | 16:36:44 WIB |
Resmi Dibuka, PT KPI Kilang Dumai Siap Laksanakan Peringatan Bulan K3 Tahun 2025 Senin, 13 Januari 2025 | 16:00:02 WIB |
Inovasi Perwira Kilang Dumai Berikan Margin Value Creation Rp 4 Triliun Jumat, 10 Januari 2025 | 18:14:03 WIB |
Solar Penyumbang Angka Produksi Terbesar, Produk SF-05 Diluncurkan Rabu, 8 Januari 2025 | 22:00:30 WIB |
Selama Nataru Traffic Cargo Alami Kenaikan 54 Persen Selasa, 7 Januari 2025 | 17:03:34 WIB |
PHPU Bupati Lingga Dianggap Gugur di MK, Ini Penyebabnya! Rabu, 8 Januari 2025 | 20:19:23 WIB |
Soroti Penyalahgunaan APBD Riau, PH Minta MK Batalkan Putusan Putusan KPU Pekanbaru Rabu, 8 Januari 2025 | 19:44:14 WIB |
Hari ini Sidang Perdana Praperadilan Eddy Hiariej Melawan KPK Digelar, Namun KPK Dipastikan Absen Senin, 11 Desember 2023 | 11:03:46 WIB |
Lima Perwira Polisi Yang Turut Terjerat di Kasus Ferdy Sambo Kembali Ditugaskan Kapolri, Berikut Daftarnya Senin, 11 Desember 2023 | 09:46:07 WIB |
Perlengkapan Dapur Belum Datang, Program Makan Siang Gratis di Pekanbaru Diundur Senin, 6 Januari 2025 | 11:29:33 WIB |
Kembalinya Simpai Hitam di Kawasan Mangrove Pangkalan Jambi Kamis, 31 Oktober 2024 | 20:44:17 WIB |
Rahman Hadi Resmi Dilantik Jadi Pj Gubernur Riau Oleh Mendagri Kamis, 15 Agustus 2024 | 11:38:57 WIB |
Menjadi Calon Paskibraka Terpilih Tingkat Pusat, Juara Tilawah MTQ TNI AU Ini Sujud Syukur Rabu, 26 Juni 2024 | 20:55:26 WIB |
16.000 Warga Palestina Jadi Korban, WHO Tegaskan Kondisi di Gaza Semakin Memburuk Setiap Jamnya Rabu, 6 Desember 2023 | 10:26:13 WIB |
Tolak Hamas Berkuasa di Gaza, Wakil Presiden Amerika Kritisi Banyaknya Warga Palestina Yang Tewas Senin, 4 Desember 2023 | 09:44:39 WIB |
Israel dan Hamas Perpanjang Gencatan Senjata Kamis, 30 November 2023 | 13:41:36 WIB |
Desak PBB, UNICEF Tegaskan Jalur Gaza Adalah Tempat Paling Berbahaya di Dunia Bagi Anak-anak Jumat, 24 November 2023 | 10:25:11 WIB |
Riau Berduka! Peraih Emas Ski Air PON Aceh Sumut Meninggal Dunia Senin, 6 Januari 2025 | 09:09:07 WIB |
Pertamina Synergy Run 2024 KPI Dumai Diikuti Ribuan Pelari Selasa, 24 Desember 2024 | 20:19:15 WIB |
Bakal Ketat, Kekuatan Merata Usai Undian Pembagian Grup Sabtu, 24 Agustus 2024 | 13:24:20 WIB |
Ratusan Atlet Ikuti Syamsuar Cup Traditional Archery Competition Sabtu, 24 Agustus 2024 | 11:34:40 WIB |
Jakarta, (Supernews)- Anggota DPR RI daerah pemilihan (Dapil) Riau, Effendy Sianipar mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera menyelesaikan masalah masyarakat suku sakai di Provinsi Riau yang menjadi korban mafia tanah.
Dimana akibat tak kunjung menemukan penyelesaian yang semestinya, sejak Selasa 28 November 2023 kemarin masyarakat tersebut telah melakukan aksi jahit mulut di kantor Gubernur Riau.
"Masalah ini sudah terlalu lama, masyarakat kecewa karena pemerintah Jokowi tidak kunjung menuntaskan masalah mereka. Karena itu sejak kemarin mereka melakukan aksi unjuk rasa jahit mulut, jangan ditunggu-tunggu lagi tolong Presiden segera selesaikan," ujar Effendy Sianipar kepada wartawan di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Politisi PDI-Perjuangan itu lantas meminta Presiden Jokowi segera mungkin memanggil Mentri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Hadi Tjahjanto dan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sitinurbaya Bakar, guna meminta pertanggungjawaban mereka terkait upayah yang sudah dilakukan dalam penyelesian konflik mafia tanah itu.
"Saya berharap Presiden segera panggil itu Mentri ATR/BPN dan KLHK. Karena masyarakat suku sakai sudah bolak balik melaporkan masalah ini kepada mereka. Tapi sampai sekarang tidak ada penyelesaiannya. Presiden harus ambil alih masalah ini dan segera kembalikan tanah masyarakat yang sudah dua puluh tujuh tahun dikuasi oleh mafia tanah," tegasnya.
Selain itu Effendy Sianipar juga mewanti-wanti pemerintah, agar serius menyelesaikan masalah tersebut. Pasalnya dia menilai tingkat kekecewaan masyarakat suku sakai terhadap penyelesaian masalah tanah mereka yang dikuasai mafia tanah ini, sudah semakin memuncak.
Sehingga jika tak kunjung mendapatkan penyelesaian, dirinya khawatir akan terjadi tindakan nekat dari masyarakat yang gelap mata.
"Jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut, segala kemungkinan dapat terjadi. Kemarin mereka orasi, sekarang jahit mulut dan kedepan kita tidak tau lagi," terangnya.
Sebagaimana diberitakan sejumlah media, sejak Selasa 28 November 2023 puluhan relawan melakukan aksi jahit mulut di gerbang samping Kantor Gubernur Riau (Gubri), dan aksi tersebut masih berlanjut hibgga hari ini. Sedikitnya ada 30 warga yang tergabung dalam aksi jahit mulut itu.
Aksi tersebut terkait persoalan sengketa lahan 2.500 hektare di Desa Kota Garo Tapung Hilir, Kampar, Riau yang tak kunjung tuntas. Para relawan ini melakukan aksi jahit mulut sambil membentangkan spanduk "Kami hanya menunggu kebijakan Presiden RI Joko Widodo".
Koordinator Aksi Antoni Fitra mengatakan, aksi jahit mulut ini terkait masalah 2.500 hektar lahan pertanian milik masyarakat suku sakai di Desa Kota Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Yang sejak 27 tahun terakhir dikuasi dan diusahai oleh para mafia tanah sebagai perkebunan kelapa sawit.
Parahnya lagi sejak perkebunan kelapa sawit 2.500 hektar itu berdiri, hingga sekarang kepemilikannya masih mengatasnamakan kelompok tani masyarakat suku sakai.
"Dua ribu lima ratus hektar lahan pertanian milik masyarakat suku sakai, sudah dua puluh tujuh tahun dikuasai mafia tanah. Para mafia itu mendirikan kebun sawit di atasnya dengan mengatas namakan kelompok tani masyarakat suku sakai. Tetapi faktanya masyarakat suku sakai sebagai pemiliknya tidak mendapatkan apa-apa dari perkebunan itu, melainkan mereka kehilangan lahan pertanian," ujar aktivis GerLamata itu.
Adapun tuntutan masa aksi jahit mulut di antarnya meminta Gubernur menyurati Presiden RI untuk menurunkan perintah tugas kepada Satuan Tugas Tindak Pidana Pertanahan, menangkap dan mengadili mafia tanah di areal 2.500 hektare di Desa Kota Garo Kampar Provinsi Riau. Serta mengembalikan kepemilikan tanah kepada masyarakat suku sakai.***
Manajemen PLN Nusantara menginformasikan bahwa pihaknya akan membuka pintu air Waduk Koto.
Namun, Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Lingga Nomor Urut 2, Alias.
Korban Mafia Tanah di Riau Jahit Mulut, DPR Desak Jokowi Segera Tuntaskan Masalah Mereka | Jelang Natal dan Tahun Baru, DPR Minta Pemerintah Jaga Lonjakan Harga Beras dan Kebutuhan Pokok Lainnya |